TAWA YANG BERPIKIR: KABAYAN DAN TRADISI KRITIK BERADAB DI ERA ORDE BARU

Pengarang:  Rangga Saptya  Mohamad Permana, Ph.D., M.I.Kom.

Editor: Dr. Elis Suryani Nani Sumarlina, M.S.

Cetakan: ke-1, 2025, 229 hlm + xiii

ISBN:

Sinopsis: Buku ini lahir dari sebuah keingintahuan yang sederhana namun mendalam: mengapa sosok sederhana seperti Kabayan bisa menjadi jendela untuk memahami dinamika sosial, budaya, dan politik Indonesia—khususnya pada masa Orde Baru? Dari situ muncul pertanyaan yang lebih luas: bagaimana bentuk kritik bisa hadir tanpa konfrontasi, bagaimana suara rakyat bisa terdengar di tengah represi, dan bagaimana tawa bisa menjadi bahasa protes yang elegan? Pertanyaan itu menelusuri perjalanan Kabayan dari akar tradisi Sunda hingga transformasinya di layar lebar, serta menganalisis pesan-pesan sosial dan politik yang diselipkan melalui humor dan kesantunan budaya. Tujuan utama buku ini adalah untuk mengungkap bagaimana film-film Kabayan berfungsi sebagai bentuk kritik sosial dan politik yang beradab terhadap berbagai isu pada masa Orde Baru—mulai dari ketimpangan desa-kota, korupsi, kemiskinan struktural, hingga moralitas masyarakat yang tergerus modernitas. Buku ini menunjukkan bahwa kritik tidak selalu harus hadir dalam bentuk perlawanan frontal; ia bisa berwujud lembut, tersenyum, bahkan mengundang tawa. Kabayan menjadi metafora tentang cara rakyat kecil bernegosiasi dengan kekuasaan melalui akal sehat, kelucuan, dan kesantunan. Kontribusi utama buku ini terletak pada upayanya menjembatani dunia akademik dan publik. Buku ini mengandalkan kerangka teoretis dari kajian budaya, film, dan komunikasi politik;  juga berusaha tetap mudah diakses oleh pembaca umum yang tertarik pada budaya populer, film, dan dinamika sosial Indonesia. buku ini diharapkan dapat memperluas pemahaman kita tentang hubungan antara budaya, kekuasaan, dan cara masyarakat mengartikulasikan kritiknya—bukan hanya di masa lalu, tetapi juga di masa kini dan masa depan.